Makalah ini disusun
guna memenuhi tugas
Mata kuliah: Manajemen
Organisasi dan Koleksi Perpustakaan
Dosen Pengampu: Dra.
Labibah, M.LIS
Disusun Oleh :
Nama : Suryanto
NIM : 1520011047
KONSENTRASI ILMU PERPUSTAKAAN DAN
INFORMASI
PROGRAM STUDI
INTERDISCIPLINARY ISLAMIC STUDIES (IIS)
UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2016
A. LATAR BELAKANG
Sulistyo-Basuki
merupakan profesor ilmu perpustakaan pertama di Indonesia. Dia menjadi penulis
yang sangat produktif, terutama di bidang ilmu perpustakaan dan informasi.
Bahkan dia juga menulis buku-buku yang ada kaitannya dengan ilmu perpustakaan
atau kepustakwanan seperti bidang dokumentasi dan kearsipan.
Definisi
dokumentasi hingga saat ini menjadi hal yang membingungkan. Seksi dokumentasi
dalam sebuah kepanitiaan lebih condong kepada tugas mengambil foto[1]
dan merekam dalam bentuk video. Dalam halnya dengan kepustakawananpun, terdapat
berbagai perbedaan pendapat mengenai arti dari dokumentasi itu sendiri. Namun
Sulistyo-Basuki dapat menjelaskan definisi dokumentasi secara jelas dan mudah
untuk dipahami, baik kaitannya dengan kepustakawanan maupun diluar kepustakawanan.
Hal
ini menjadi menarik untuk dibahas melihat dia adalah orang yang setiap buku
menjadi pedoman dalam perkuliahan ilmu perpustakaan dan informasi. Tulisan ini
akan memberikan pengetahuan mengenai biografi Sulistyo-Basuki dan bagaimana
penjelasan Sulistyo-Basuki mengenai definis Dokumentasi.
B. BIOGRAFI SULISTYO BASUKI
Pendidikannya di mulai di Frobel School di Sumbawa Besar (1948), Sekolah Rakjat di Blitar
(1954), SMP bagian B (Blitar, 1957), SMA bagian C (Blitar, 1960) kemudian
melanjutkan ke Sekolah Perpustakaan, cikal bakal pendidikan arsiparis di
Indonesia. Ia memperoleh gelar Sardjana Muda (Universitas Indonesia, 1963),
Sarjana Sastra (Universitas Indonesia 1974), Master of Science in Library Science (Case
Western reserve University, Cleveland, Ohio, USA 1980), Master of Arts (Case
Western reserve University, 1980).
Ia menjadi putra Indonesia pertama yang meraih gelar
doktor dalam bidang Information and Library Science dan juga gelar profesor
bidang Ilmu Perpustakaan (sejak tahun 1995). Gelar doktor diraihnya akhir Juni
1984 di Case Western Reserve University Cleveland, Ohio, Amerika Serikat. Ia
mempertahankan disertasi yang berjudul: A
Citation Analysis of Agricultural and Medical Journal Published in Less
Developed Countries, With Special Reference to the Regions of Africa
Sub-Sahara, Latin America, and Southeast Asia.
Pendidikan lain pernah diperolehdi Singapore
National Library (1974), Georgia Institute of Technology (1977), dan University
of Wales (1988). Beliau diangkat sebagai professor di Universitas Indonesia
pada tahun 1995.
Pak Sulis merupakan pengajar dan penulis yang aktif.
Buku-buku terbitannya telah menjadi pegangan dasar bagi mahasiswa jurusan ilmu
perpustakaan dan informasi di universitas seluruh Indonesia, antar lain.
1. Guru Besar, Fakultas Ilmu Pengetahuan
Budaya Universitas Indonesia (1995-sekarang)
2. Pengajar Program Ilmu Perpustakaan, Program
Pascasarjana Universitas Indonesia (1990-sekarang)
3. Pengajar, Jurusan Ilmu Perpustakaan
(Perpustakaan) Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia
(1975-sekarang)
Pengalaman kerja
- 1962–1963 Perpustakaan Yayasan Yamin
- 1963–1965 Bagian Dokumentasi Madjelis Ilmu Pengetahuan Indonesia
- 1965–1967 Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
- 1967–1977 Departemen Luar Negeri
- 1977-sekarang Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (dahulu Fakultas Sastra) Universitas Indonesia
- 1984–1986 Pengajar, Ilmu Kedokteran Dasar, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
- 1990-sekarang Pengajar Program Studi Ilmu Perpustakaan program Pascasarjana Universitas Indonesia
- 8. 1992-sekarang Pengajar Program Manajemen Dokumen dan Informasi (dahulu Program Kearsipan) Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia
- 1994-1996 Kepala Pusat Sumber Daya Manusia dan Pemasyarakatan Arsip Nasional RI
- 1995-sekarang Pengajar, Program Pascasarajana Program Studi Ilmu Perpustakaan pengutamaan kearsipan di Universitas Indonesia
- Sekarang mengajar di Program Pascasarjana Konsentrasi Ilmu Perpustakaan dan Informasi di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
Pengalaman pelatihan
- Mengajar berbagai kursus kearsipan yang diselenggarakan oleh Arsip Nasional RI, Arsip Daerah diSumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Timur, Irian Jaya;
- Pengajar Records Management Course 1995 sampai sekarang.
Pertemuan Internasional
- Regional Archivists Meeting di Kuala Lumpur, Malaysia tahun 1994 dan 1995
- Southeast Asia Branch of International Council on Archives 1995 di Jakarta
- International Council on Archives Congress di Beijing, RRC (1996) dan Sevilla, Spanyol (2000)
Buku
- Administrasi Arsip: Sebuah Pengantar. Jakarta: [], 2001
- Manajemen Arsip Dinamis: Pengantar Memahami dan Mengelola Informasi dan Dokumen. Jakarta: Gramedia, 2003
- Metode Penelitian. Jakarta: Wedatama Widya Sastra bekerjasama dengan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI, 2006
- Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1991
- Periodisasi Perpustakaan Indonesia. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1994
C.
DOKUMENTASI MENURUT SULISTYO BASUKI
Definisi dokumentasi dapat dibagi menjadi definisi
yang berkaitan dengan kepustakawanan serta definisi yang tidak ada kaitannya
dengan kepustakawanan. Definisi yang berkaitan dengan kepustakawanan dapat
dirinci lagi menjadi 3 bagian besar yaitu definisi supraposisi, definisi
paralel dan definisi infraposisi.[2]
Definisi berdasarkan supraposisi menganggap
bahwa dalam dokumentasi termasuk pula perpustakaan. Maksudnya segala kegiatan
yang menyangkur dokumen (segala satuan materi yang memuat informasi) dianggap
sebagai fungsi dokumetnasi sepanjang kegiatan tersebut menyangkut masalah
pengadaan, pengolahan, penyusunan, penerbitan serta penyebaran dokumen.
Definisi ini dipengaruhi oleh definisi dari Paul Otlet dan Jesse Shera. Paul
Otlet mendefinisikan dokumentasi sebagai
pengumpulan, penyusunan, dan penyaluran setiap jenis dokumentasi dlam setiap
bidang kegiatan manusia. Sedangkan Jesse Shera memberikan definisi bahwa
dokumentasi sebagai organisasi bibliografi, yaitu penyaluran bahan grafis, untuk
semua tingkat pemakaian sedemikian rupa agar dapat memanfaatkan semaksimal
mungkin aktivitas sosial pengalaman manusia terekam.[3]
Definisi paralel disebut pula definisi juxtaposisi artinya
dokumentasi dan perpustakaan menduduki tempat yang sejajar atau paralel. Yang
termasuk kelompok ini antara lain ilmuwan Pietsch dan Fill, Komisi Dokumentasi
Ikatan Pustakawan Belanda. Pietsch mengatakan pustakawan mengolah sedangkan
dokumentalis mengeksploitasi koleksi. Fill mengatakan perpustakaan berkaitan
dengan administrasi dokumen sedangkan dokumentasi berkaitan dengan eksploitasi
dokumen. Komisi Dokumentasi Ikatan Pustakawan Belanda jga berpendapat demikian.
[4]
Definisi infraposisi atau definisi subordinasi
artinya dokumentasi merupakan bagian dari perpustakaan. Perpustakaan lebih luas
dari pada dokumentasi. Yang termasuk kelompok ini adalah Kunze dan Bjorkbom.
Kunze melihat dokumentasi sebagai perluasan fungsi kepustakawan. Bagi Bjorkbom
dokumentasi merupakan pekerjaan informasi perpustakaan dan bibliografi yang
disesuaikan dengan situasi pada perpustakaan khusus.[5]
Sedangkan definisi dokumentasi berada di luar bidang
kepustakawanan merupakan pendapat dari Picard dan Scotecci. Mereka berdua
menganggap dokumentasi sebagai pengumpulan atau kumpulan dokumen dalam subyek
tertentu.[6]
Di Indonesia definisi dokumentasi lebih mengacu
kepada definisi paralel akibat pengaruh dokumentasi Belanda. Hal ini merupakan
akibat dari Belanda yang pernah menjajah Indonesia hingga tahun 1942.
Penjajahan itu berpengaruh pada berbagai bidang, termasuk pula bidang
dokumentasi.[7]
Pada hakekatnya perbedaan antara dokumentasi dan
perpustakaan terletak pada fungsinya. Berikut ini merupakan tabel perbedaan
antara dokumentasi dan perpustakaan menurut fungsinya.[8]
No
|
Kegiatan informasi/ komunikasi
|
Perpustakaan
|
Dokumentasi
|
1
|
Menciptakan atau menghasilkan
|
-
|
Kegiatan tambahan
|
2
|
Menerbitkan atau menghimpun
Menyunting
|
-
-
|
Kegiatan tambahan
Kegiatan tambahan
|
3
|
Pengembangan koleksi
Temu balik dokumen
Pemilihan dokumen
|
Kegiatan utama
Kegiatan utama
Kegiatan utama
|
Kegiatan tambahan
Kegiatan tambahan
Kegiatan tambahan
|
4
|
Pengolahan informasi
Katalogisasi
Klasifikasi
Pembuatan indeks
|
Kegiatan utama
Kegiatan utama
Kegiatan tambahan
|
Kegiatan utama
Kegiatan utama
Kegiatan utama
|
5
|
Analisis dan pendayagunaan dokumen
Pembuatan abstrak
Pembuatan anotasi
Penyusunan bibliografi
Analisis data
Penyusunan literatur
|
-
-
Kegiatan tambahan
-
-
|
Kegiatan utama
Kegiatan utama
Kegiatan utama
Kegiatan utama
Kegiatan utama
|
6
|
Penyimpanan dokumen
|
Kegiatan utama
|
Kegiatan utama
|
7
|
Penelusuran dokumen
|
Kegiatan utama
|
Kegiatan utama
|
8
|
Pemberian jasa
Menjawab pertanyaan rujukan
Peminjaan dokumen untuk pemustaka
Reproduksi dokumen
|
Kegiatan utama
Kegiatan utama
Kegiatan utama
|
Kegiatan utama
Kegiatan utama
Kegiatan utama
|
9
|
Jasa operasional dan administrasi
|
Kegiatan utama
|
Kegiatan utama
|
D.
PERBADINGAN DENGAN TOKOH LAIN
Penulis akan mencoba untuk membandingkan dokumentasi
menurut Sulistyo-Basuki dengan Purwono. Menurut Purwono, dokumentasi berasal
dari kata dokumen. Sedangkan dokumen berasal dari bahasa Belanda document
dan dalam bahasa inggris dengan ejaan yang sama, yaitu document.[1]
Purwono membagi pengertian dokumentasi menjadi 2 yaitu pengertian korporil
dan literel. Dokumetasi korporil menyangkut dokumen yang tidak tercetak atau
terekam, misalnya dokumen peluru, barang antik, preparat dan sejenisnya.[2]
Dokumentasi literel mengacu pada dokumen yang tercetak dan atau terekam
misalnya buku, majalah, kaset, peta dan sejenisnya.[3]
Di Indonesia istilah dokumentasi sering digunakan
dalam arti yang sering berbeda dengan pengertian dokumentasi yang berlaku dalam
pengolahan informasi. Pengertian dokumentasi dalam konteks panitia ialah
kegiatan foto termasuk pengambilan foto, reproduksi foto dan penyebaran foto.[4]
Purwono berpendapat bahwa perbedaan antara
perpustakaan dan dokumetasi terletak pada, pertama, macam bahan pustaka
yang mendapat perhatian mereka; kedua, cara penggarapan informasi yang
terdapat di dalam bahan pustaka/ dokumen; ketiga, macam
petugas-petugasnya.[5] Purwono dalam menuliskan
perbedaan antara dokumentasi dan perpustakaan dari perbandingan fungsi atau
tugas hampir sama dengan Sulistyo-Basuki. Hanya saja purwono mengutip gambaran
dari Morhardt (1964)[6].
Untuk lebih jelasnya, berikut penulis sajikan dalam
bentuk tabel.
Tabel perbandingan dokumentasi
No
|
Pembeda
|
Sulistyo-Basuki
|
Purwono
|
1
|
Pengertian Dokumentasi
|
definisi yang berkaitan dengan kepustakawanan
serta definisi yang tidak ada kaitannya dengan kepustakawanan.
|
Definisi korporil dan definisi literel
|
2
|
Pengertian di Indonesia
|
Definsi Paralel
|
Kegiatan foto
|
2
|
Perbedaan Dokumentasi dengan Perpustakaan
|
Fungsinya
|
1.
Macam bahan pustaka
2.
Cara penggarapan
3.
Macam petugasnya
|
DAFTAR PUSTAKA
Ayujannah73. Sulistyo Basuki Biografi. dalam https://ayujannahjati.wordpress.com/2013/11/30/sulistyo-basuki-biografi/ diakses tanggal 5 Oktober 2015
https://sulistyobasuki.wordpress.com/about/ diakses tanggal 5 Oktober 2015
Purwono. Dasar-Dasar Dokumentasi. Jakarta: Universitas
Terbuka, 2011
Sulistyo-Basuki.
Dasar-Dasar Dokumentasi. Jakarta: Universitas Terbuka, 2001
Sulistyo-Basuki.
Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 1991.
No comments:
Post a Comment