Nama ini merupakan nama belakang
untuk anak pertamaku. Nama ini saya ambilkan dari nama seorang imam. Nama imam
tersebut adalah Baihaqy (i). Memilihkan nama untuk anak tentu tidak akan
sembarangan. Nama harus memiliki arti dan doa untuk anak kita.
Jangan sampai sebagai orang tua,
dianggap dzolim terhadap anak karena memberi nama sembarangan.
Nama lengkap anak saya adalah ‘M
Fazlurrahman Al Baihaqy’. Arti nama depan dan tengah sudah saya jelaskan maksud
dan arti dari nama tersebut. Sekarang yang terakhir adalah nama belakang yaitu Baihaqy(i).
Tulisan mengenai Baihaqy saya
mabilkan dari tulisan dalam situs https://muslim.or.id/20589-biografi-imam-al-baihaqi.html.
------------------------------------------------
Imam Al Baihaqi adalah seorang
ulama ahli fiqh, ushul fiqh, hadist, dan salah seorang ulama besar mazhab
Syafi’i. Beliaulah penulis kitab Sunan Al Baihaqi yang terkenal itu.
Nama Beliau
Imam Al-Baihaqi bernama lengkap
Imam Al-Hafizh Al-Muttaqin Abu Bakar Ahmad bin Al-Husain bin Ali bin Musa
Al-Khusrauijrdi Al-Khurasani Al-Baihaqi. Baihaq adalah sejumlah perkampungan di
wilayah Naisabur. Beliau adalah seorang ulama besar dari Khurasan (desa kecil
di pinggiran kota Baihaq) dan penulis banyak kitab terkenal.
Kelahiran Beliau
Al-Baihaqi lahir di bulan Sya’ban
tahun 384 H yang bertepatan dengan bulan September 994 Masehi[1]. Lahir di desa
Khusraujirdi, termasuk daerah Baihaq, Naisabur.
Perjalanan Menuntut
Ilmu
Imam Al-Baihaqi hidup pada masa
Daulah Al-‘Abbasiyah. Beliau mengembara mencari ilmu ke Khurasan, Irak, dan
Hijaz. Dalam Siyar A’lam An-Nubala, Imam Adz-Dzahabi bercerita tentang
perjalanan Imam Al-Baihaqi dalam menuntut ilmu. Beliau mengatakan bahwa Imam Al-Baihaqi
ketika berusia 15 tahun telah mendengar dari Abu Al-Hasan Muhammad bin
Al-Husain Al-Alawi, sahabat dari Abu Hamid bin Asy-Syarqi dan beliau adalah
guru yang paling dahulu bagi Imam Al-Baihaqi. Beliau luput dari menyimak secara
langsung dari Abu Nu’aim Al-Isfarayini, sahabat Abu ‘Uwanah, dan meriwayatkan
darinya secara ijazah mengenai jual beli. Beliau juga mendengar dari Imam
Al-Hakim Abu Abdillah Al-Hafizh lalu memperbanyak riwayat darinya dan lulus
darinya.[2]
Guru Beliau
Beliau berguru kepada ulama-ulama
terkenal dari berbagai negara. Beliau harus menempuh perjalanan panjang dan
melelahkan untuk bisa menghadiri majelis ilmu tersebut. Di antara guru-gurunya
adalah sebagai berikut:
- Imam Abul Hassan Muhammad bin Al-Husain Al-Alawi
- Abu Abdillah Al-Hakim, pengarang kitab Al-Mustadrak ‘ala Ash-Shahihain
- Abu Tahir Az-Ziyadi
- Abu Abdur-Rahman Al-Sulami
- Abu Bakr bin Furik
- Abu Ali Al-Ruthabari
- Hilal bin Muhammad Al-Hafar
- Ibnu Busran
- Al-Hasan bin Ahmad bin Farras
- Ibnu Ya’qub Al-Ilyadi, dll.
Murid-Murid Beliau
Dalam kitab Siyar A’lamin Nubala
(18/169), Imam Adz-Dzahabi mengatakan bahwa di antara perawi yang meriwayatkan
dari beliau adalah:
- Syaikhul Islam Abu Ismail Al-Anshari dengan ijazah
- Putranya sendiri: Ismail bin Ahmad bin Al-Husain
- Cucu beliau: Abu Al-Hasan bin Ubaidillah bin Muhammad bin Ahmad
- Abu Zakariya Yahya bin Mandah Al-Hafidz
- Abu Ma’ali Muhammad bin Ismail Al-Farisi
- Abdul Jabbar bin Abdul Wahhab Ad-Dahhan
- Abdul Jabbar bin Muhammad Al-Khuwairi
- Abdul Hamid bin Muhammad Al-Khuwairi
- Abu Bakar Abdurrahman bin Abdullah bin Abdurrahman Al-Bahiri, dll.
Pujian Ulama Kepada Beliau
Imam Al-Haramain mengatakan,
“Tidak ada satu pengikut Asy-Syafi’i pun melainkan Asy-Syafi’i memiliki jasa
kepadanya, kecuali Al-Baihaqi, karena dia berjasa kepada Asy-Syafi’i berkat
karya-karyanya yang berisikan pembelaan terhadap mazhabnya dan
pendapat-pendapatnya.”[3]
At-Taj As-Subki mengatakan, “Imam
Al-Baihaqi adalah salah satu imam kaum muslimin dan penyeru kepada tali Allah
yang kukuh. Beliau adalah penghafal besar, ahli ushul yang tiada bandingnya,
zuhud, wara’, taat kepada Allah, membela mazhab, baik ushul maupun furu’-nya,
salah satu bukit ilmu.”[4]
Abdul-Ghaffar Al-Farsi
Al-Naisaburi dalam bukunya “Dzail Tarikh Naisaburi” memuji imam Al-Baihaqi setinggi
langit dengan mengatakan, “Abu Bakr Al-Baihaqi Al-Faqih Al-Hafizh Al-Ushuli
Ad-Din Al-Wari’, orang nomor satu pada zamannya dalam hal hafalan, orang yang
tiada bandingannya di antara para sejawatnya dalam hal kesempurnaan dan
ketelitian, salah satu pemuka murid Al-Hakim, dan dia mengunggulinya dengan
berbagai macam ilmu. Beliau menulis hadis, menghafalkannya semenjak kecil,
mendalaminya, serta menguasainya. Beliau mengambil ilmu ushul dan melakukan
perjalanan menuntu ilmu ke Irak, daerah berbukit dan Hijaz, kemudian menulis
karya ilmiah. Karyanya hampir mencapai seribu juz, yang belum pernah didahului
oleh seorang pun sebelumnya. Beliau menghimpun ilmu hadis dan fikih,
menjelaskan tentang ‘illat hadis dan meninjau tentang perbedaan-perbedaan
hadis-hadis. Para ulama meminta beliau untuk berpindah dari daerah An-Nahiyah
ke Naisabur untuk mendengar kitab-kitabnya. Beliau pun datang padatahun 314 H,
lalu mereka bermajelis untuk mendengarkan kitab Al-Ma’rifah dan para ulama
menghadirinya. Dia mengikuti jalan ulama, merasa puasdengan yang sedikit.”[5]
Imam Adz-Dzahabi pun memuji
beliau dengan mengatakan, “Seandainya Al-Baihaqi mau membuat madzhab untuk
dirinya di mana dia berijtihad, niscaya dia mampu melakukannya karena keluasan
ilmu dan pengetahuannya tentang perselisihan ulama. Karena itu, kalian melihatnya
membela permasalahan-permasalahan yang didukung oleh hadis sahih.”[6]
Akhlak Beliau
Ibnu ‘Asakir berkata, Syekh Abu
Al-Hasan Al-Farisi berkata, “Al-Baihaqi berjalan di jalan para ulama, qana’ah
terhadap yang sedikit, dihiasi dengan zuhud dan wara’,serta tetap seperti
demikian sampai meninggal.[7]
Ibnu Katsir berbicara tentang
akhlak beliau, “Al-Baihaqi adalah orang yang zuhud dan menerima sesuatu yang
sederhana, banyak beribadah dan wara’.[8]
Karya Beliau
Sejumlah kitab penting telah
ditulisnya dan mempunyai nilai tinggi di sisi para ulama-ulama setelahnya.
Bahkan ada yang berpendapat bahwa karyanya mencapai seribu jilid9. Kitab-kitab
karangan beliau pun mempunyai keistimewaan dibandingkan yang lainnya, karena
diurutkan dengan urutan yang begitu teliti dan cermat dan tidak ada yang
seperti beliau. Karena itu tidak ada yang seperti beliau sebelumnya (10). Di
antara karya beliau:
- Kitab As-Sunan Al-Kubra dalam 10 jilid
- Kitab Syu’ab Al-Iman dalam 2 jilid
- Kitab Dala’il An-Nubuwwah dalam 4 jilid
- Kitab Al-Asma wa Ash-Shifat dalam 2 jilid
- Kitab Ahkam Al-Qur’an dalam 2 jilid
- Kitab Takhrij Ahadits Al-Umm
- Kitab Al-Ma’rifat fi As-Sunan wa Al-Atsar dalam 4 jilid
- Kitab Al-Mu’taqad dalam 1 jilid
- Kitab Al-Ba’tswa An-Nusyur dalam 1 jilid
- Kitab At-Targhib wa At-Tarhib dalam 1 jilid
- Kitab Nushus Asy-Syafi’i dalam 2 jilid
- Kitab As-Sunan Ash-Shaghir dalam 1 jilid besar
- Kitab Al-Madkhal ila As-Sunan dalam 1 jilid
- Kitab Fadhail Al-Auqat dalam 2 jilid
- Kitab Manaqib Asy-Syafi’i dalam 1 jilid dan masih banyak lagi yang lainnya.
Meninggalnya Beliau
Imam al-Baihaqi meninggal pada
hari Sabtu di Naisabur, Iran, tanggal 10 Jumadil Ula 458 H (9 April 1066 M).
Dia lantas dibawa ke tanah kelahirannya yaitu Baihaq dan dimakamkan di sana.
Beliau hidup selama 74 tahun.
**
Daftar Pustaka:
Al-Baihaqi wa Mauqifuhu min Al-Ilahiyyat. DR. Ahmad
Al-Ghamidi.
Al-Madkhal ila As-Sunan Al-Kubra. Imam Al-Baihaqi. Adhwa
As-Salaf.
Siyar A’lam An-Nubala. Imam Adz-Dzahabi. Dar al-Kutub
Al-‘Ilmiyyah.
Tadzkirah Al-Huffadz. Imam adz-Dzahabi. Dar al-Kutub
Al-‘Ilmiyyah.
Thabaqat Asy-Syafi’iyyah. Taajuddin as-Subki. DarIhyaKutub
Al-‘Arabiyyah.
Min A’lami As-Salaf. Syekh Ahmad Farid. Dar Al-‘Aqidah.
Catatan Kaki
1 Al-Madkhal ila As-Sunan Al-Kubra hal. 18 oleh Imam
Al-Baihaqi.
2 Siyar A’lam An-Nubala (18/164) oleh Imam Adz-Dzahabi
3 Thabaqat Asy-Syafi’iyyah (4/10) oleh Tajuddin As-Subki
4 Thabaqat Asy-Syafi’iyyah (4/8) oleh Tajuddin As-Subki
5 Tadzkirah Al-Huffadz (3/1133 oleh Imam Adz-Dzahabi
6 Siyar A’lam An-Nubala (18/169) oleh Imam Adz-Dzahabi
7 Tabyinu Kadzib Al-Muftar hal. 266. Lihat Al-Madkhal ila
As-Sunan Al-Kubra hal. 20
8 Al-Bidayahwa An-Nihayah (912/94) oleh Imam IbnuKatsir.
Lihat Al-Madkhalila As-Sunan Al-Kubra hal.20
9 Thabaqat Al-Huffadz, hal. 434 oleh Imam As-Suyuthi
10 Al-Bidayah wa An-Nihayah (12/94) oleh Ibnu Katsir. Lihat
juga Mukhtashar Thabaqat Al-Muhadditsin hal. 200 oleh Ibnu ‘Abdil Hadi
No comments:
Post a Comment